Fenomena Hobi Bermunculan pada Masa Pandemi dan Booming

 

Hobi atau kegemaran, setiap orang pasti memiliki hal kesukaan, dari hal-hal rutin misalnya pasti ada satu yang paling disukai atau yang lebih berkesan.

Jika kita tarik mundur waktu pada tahun 2000-an tren ikan louhan naik, tidak lama diikuti juga tanaman jenis anthurium. Lalu pada 2011 hingga 2015 cukup panjang tren batu mulia. Dimana-mana tiap sudut jalanan kita bisa lihat penjual barang tersebut, di Tv di media online dan cetak juga sama goreng terus berita seputar tren tersebut.

Fenomena tren hobi pada masa pandemi sejak 2020 juga kembali datang lagi, antara lain burung Murai, ikan Cupang, ikan Guppy dan lagi-lagi tanaman. Harga melonjak tinggi, permintaan pasar juga naik tinggi. Bahkan ada yang sampai tertangkap CCTV mencuri tanaman hias, ada yang sampai berani tukar rumah dengan tanaman, waw.

Pada kasus ini, saya memiliki suatu pandangan, saya coba tarik benang merah, sudah pasti peran media sangat besar di sini. Komoditi yg menjadi hobi dikategorikan tidak terlalu langka, karena kenyataannya produk berlimpah, dari segi ketrampilan pengolahan atau perawatan juga hampir bisa dilakukan oleh banyak produsen/peternak/pengrajin. Dari segi ekonomi, produsen dan rantai penjual yang diuntungkan. Mendadak ramai-ramai pada menjadi produsen dan bagian dari rantai penjualan. Terkait sebaran produk, yang awalnya banyak di konsumen akhir, seiring waktu sebaran produk banyak di rantai penjual, permintaan turun. Kemudian media mulai kurang intensitas memberitakan lalu harga kembali normal.

Sangat menggiurkan, namun ini jenis usaha musiman, jadi jangan menjadi sumber uang utama, sampingan boleh.

Hobi menjadi bisnis kenapa tidak, paling tidak dari hobi bisa mengisi hal positif, beri inspirasi dan sebagainya.

Tiba-tiba nalar jalan-jalan dan coba berbagi di tulisan setelah saya baca berita terkait hobi di media Kalteng

Sumber : Kompasiana